الله أكبر الله أكبر الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر، لا إله
إلا الله الله أكبر ولله الحمد
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَتَبَ
عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ الصِّيَامَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، وَأَنْزَلَ فِيْهِ
الُقُرْانَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْـدَهُ لاَ شَـرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُـوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَّلِّ وسلم عَلَى هَذَا
النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَأَصْـحَابِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانِ إِلَى اخِرِ الزَّمَانِ، أما بعد: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
رَحِمَكُمُ الله، أُوصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَا اللهَ فَقْدْ فَازَ
الْـمُتَّقُوْنَ. وَقَدْ قـَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي الْـقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ:
Ma’asyiral Muslimin wal muslimat rahimakumullah..jamaah
masjid Arrahma Jiyu-Kutorejo
Alhamdulillah,
dengan izin Allah SWT. kita semua bergembira telah dipertemukan dengan bulan
suci Ramadhan. Dari awal hingga akhir. Dan kini setelah satu bulan penuh
berpuasa di bulan yang penuh berkah itu kita merayakannya dengan Idul Fitri.
Setidaknya
ada ( 7 ) pelajaran penting yang telah kita dapatkan:
1.
Pertama, kita sadar bahwa
Allah selalu bersama kita. Di bulan Ramadhan, saat berpuasa, meski di
tempat yang sangat sepi dan kita sendirian tak mungkin kita diam-diam minum air
meski hanya seteguk. Bahkan air setetes pun kita jaga agar tidak sampai masuk
ke dalam tenggorokan kita. Mengapa? Karena kita sadar bahwa Allah melihat kita.
Meski kita sendirian tetap dilihat Allah. Meski satu tetes juga tetap dilihat
oleh Allah. Karena kita merasa bahwa Allah selalu bersama dengan kita dan kita
selalu dilihatnya, maka meski subuh kurang satu menit kita pun sudah tak mau
makan dan minum lagi, dan begitu juga meski maghrib kurang satu menit kita juga
tak mau berbuka. Sungguh luar biasa. Puasa telah menyadarkan kita akan
pengawasan Allah atas diri kita hingga pada tingkat yang sekecil-kecilnya.
Inilah derajat keimanan yang paling tinggi yaitu derajat ihsan.
أنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأنَّكَ
تَرَاهُ فإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فإنَّهُ يَرَاكَ
“Kamu
beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan bila kamu tidak
melihat-Nya, maka kamu sadar bahwa Ia melihatmu.” (Hr.
Muslim).
Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah. Tentu kesadaran seperti ini bukan hanya dimaksudkan saat kita
puasa di bulan Ramadhan saja. Tapi hendaknya kita wujudkan dalam kehidupan kita
secara keseluruhan. Di mana pun kita berada. Di kantor atau di pasar. Di rumah
sendiri, atau di hotel saat tak ada istri/suami. Betapa indahnya apabila semua
pejabat, pegawai negeri, para pengusaha, politisi, guru dll tak ada yang
korupsi, karena sadar berapa pun uang diambil adalah dilihat oleh Allah. Kita
sadar dari lubuk hati sendiri, bahwa kita tak bisa bersembunyi dan tak ada yang
bisa kita sembunyikan sama sekali. Allah berfirman:
“Dan rahasiakanlah
perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi
hati.” (Al-Mulk: 13)
2.
Kedua, kita sadar melakukan
kewajiban baru setelah itu menerima hak. Banyak
orang yang hanya cerdas menuntut hak tapi tak pandai menunaikan kewajiban.
Karena tak logis seseorang mendapatkan hak padahal kewajiban tak ditunaikan.Puasa
benar-benar menyadarkan kita semua akan adanya hukum hak dan kewajiban ini.
Kita menjalankan puasa, lalu kita dapatkan hak untuk berbuka. Kita lakukan
perintah-perintah Allah dan kita tinggalkan larangan-larangan-Nya selama kita
berpuasa, dan kita diberikan hak untuk dikabulkannya doa. Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186).
Inilah jalan yang lurus,
benar dan logis. Memenuhi panggilan Allah, beriman kepada-Nya lalu silakan
untuk minta dan berdoa kepada-Nya. Banyak orang yang tak malu; minta masuk
surga tapi shalat tak mau. Banyak minta dan berdoa kepada Allah, tapi saat dipanggil
Allah tidak datang. Saat senang lupa kepada Allah, tapi saat susah baru ingat
dan berdoa kepada-Nya. Nabi bersabda:
تَعرَّفْ إِلَى اللهِ في
الرَّخَاءِ يَعْرِفكَ في الشِّدَّةِ
“Ingatlah
kepada Allah saat senang niscaya Allah ingat kepadamu saat susah.” (Hr.
Ahmad)
3.
Ketiga kita sadar bahwa
kesulitan membawa kemudahan. Perjuangan membawa
kemenangan. Puasa mendatangkan kenikmatan berbuka dan menghadirkan hari raya.
Inilah kaidah penting yang harus kita camkan. Siapa saja yang ingin sukses,
tidaklah mungkin tidak menghadapi kesulitan. Tak ada orang yang sukses tanpa
perjuangan. Siapa yang hanya berpangku tangan, maka cukuplah udara hampa yang
didapatkan. Puasa mengajarkan kita semua, tak mungkin bisa merasakan nikmatnya
berbuka dan hari raya kecuali yang telah berpuasa dengan baik.
Wahai anak-anak dan para
pemuda. Yang yatim dan yang papa. Yang sedang sakit dan yang lemah. Jangan
anggap kesulitan itu rintangan. Sesungguhnya kesulitan adalah tangga manis
untuk mengantarkan kesuksesan. Allah berfirman:
“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Al-Insyrah:
5-8)
4.
Keempat, kita sadar bahwa
Allah sangat mencintai kita semua. Kepada hamba-hamba-Nya yang
beriman ini. Umat Nabi Muhammad Saw..
Allah menganugerahkan
Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah membuka pintu-pintu Surga. Allah telah
menutup semua pintu neraka. Syetan pun dibelenggu. Pahala dilipat gandakan
dengan melimpah ruah. Lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan
telah dianugerahkan. Inilah kecintaan Allah kepada kita umat Nabi Muhammad yang
beriman.
Tinggal apakah kecintaan Allah ini kita balas dengan ketaatan atau
kedurhakaan. Betapa buruknya bila kecintaan ini kita balas dengan kemaksiatan.
Betapa buruknya bila panggilan-Nya yang penuh dengan kecintaan ini kita sambut
dengan pura-pura tidak mendengar. Betapa buruknya, bila hari raya yang penuh
berkah (bergemuruh takbir, tahlil dan tahmid ini) lalu kita susul dengan pesta
dosa. Betapa buruknya, bila di bulan Ramadhan bisa menahan nafsu, tapi setelah
itu kembali bernafsu menciderai teman.
Allahu akbar 3x walillahilhamd..
5.
Kelima, kita sadar bahwa
dalam hidup ini hendaknya saling cinta mencintai. Puasa
telah mengajarkan kita empati dan berbagi terhadap sesama. Kita berpuasa tapi
ada makanan untuk berbuka. Kita berpuasa tapi hanya dalam hitungan beberapa jam
saja. Ada di antara kita yang berpuasa tapi tak ada makanan untuk berbuka dan
tanpa batas waktu karena memang tak ada. Itulah maka di bulan Ramadhan kita
gemar memberi. Dan, semuanya kita di akhir Ramadhan diwajibkan menunaikan zakat
fitrah, untuk kaum fakir dan miskin.
Jadi puasa mengajarkan kita semua untuk saling berbagi dan cintai
mencintai. Nabi bersabda:
لاَ تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى
تُؤمِنُوا ، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا ،. (رواه مسلم)
“Tidaklah kamu masuk Surga sehingga kamu beriman kepada Allah, dan
tidaklah kamu beriman sehingga kamu saling cinta mencintai.” (Hr.
Muslim)
6.
Keenam, kita sadar bahwa
semua kenikmatan dunia hanyalah sementara. Puasa menunjukkan bahwa lapar dan
kenyang di dunia ini tidaklah lama. Makanan dan minuman terasa
nikmat bila masih di atas tenggorokan. Tapi kalau sudah kita telan, maka tak
terasa lagi. Oleh karena itu yang kaya di dunia ini adalah sementara. Yang
sehat juga sementara. Yang cantik, sementara. Yang muda, sementara. Pejabat,
sementara. Dan semua itu menjadi sia-sia, bahkan menjadi sumber malapetaka,
bila tidak dilandasi dengan Agama yang baik. Betapa banyaknya yang kaya
akhirnya menderita karena tak memegang teguh Agama. Betapa banyaknya pejabat
tinggi yang akhirnya jatuh hina karena tidak pegang agama. Betapa banyak rumah
tangga menjadi berantakan setelah ekonomi meningkat sementara iman menurun.
Inilah puasa menyadarkan kepada kita bahwa peningkatan materi
duniawi yang tak diiringi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan, hanyalah
mempercepat penderitaan. Peningkatan ekonomi, materi dan pembangunan fisik
saja, tanpa dilandasi dan diiringi dengan ketaatan dalam beragama, maka itu
tidak akan membuahkan kemakmuran,Allah berfirman:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ
قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ
فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati
Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami
hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)
7.
Ketujuh, akhirnya dengan
puasa kita benar-benar sadar bahwa hakikat diri kita adalah jiwa, bukan
tubuh. Puasa menyadarkan kita bahwa tubuh ini hanyalah rangka atau rumah
belaka. Hakekat manusia adalah jiwanya. Ruhnya. Bukan badannya ini. Cepat atau
lambat tubuh ini pasti akan kita tinggalkan. Dan kalau sudah kita tinggalkan
maka tak berarti dan tak bernilai sama sekali.
Maka betapa merugi orang yang hanya sibuk mengurusi kesehatan
jasmaninya saja, sementara ruh dan jiwa tak pernah diberikan haknya. Betapa
buruknya orang yang hanya sibuk makan dan minum hingga tak peduli bulan
ramadlon, padahal jasmani ini bakal dikubur
Puasa menyadarkan kita, bahwa jiwa inilah yang terpenting. Ruh
inilah yang tetap ada dan bakal mendapatkan balasan. Nabi bersabda:
إنَّ الله لا ينْظُرُ إِلى
أجْسَامِكُمْ ، ولا إِلى صُوَرِكمْ ، وَلَكن ينْظُرُ إلى قُلُوبِكمْ وأعمالكم.
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kamu dan juga tidak
melihat kepada rupa-rupa kamu. Tetapi Allah melihat kepada hati kamu dan amal
perbuatan kamu.” (Hr. Muslim)
Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-saudara jamaah masjid
Arrahma Jiyu-Kutorejo
Mau dikemanakan jasad kita?
·
Semasa hidup ..kita adalah
tuan dan orang yang berkuasa di rumah sendiri,saat mati..tdk adayg setuju jasad
kita disimpan walaupun hanya di garasi /gudang belakang
·
Semasa hidup… tiap malam
ngobrol bersama anggota keluarga sambil
nonton tv…saat meninggal …tak ada yg terima walaupun hanya duduk diam di
pojok bersama kita
·
Saat hidup kamu tidur
bersama anak istri..saat meninggal..seisi rumah keberatan kalau kamu tidur
sekamar sekalipun hanya di lantai bawah
·
Saat kita menjadi jasad yg
tak bernyawa tk satupun yg mau menerima kita kecuali tanah.
·
Masih beranikah kita
berkata dg sombong…ini milikku.. aq berkuasa..aku disegani..hartaku banyak aku
gak butuh dia ataupun mereka,
·
Masih beranikah anda membiasakan tak
sholat,tak puasa,berani orang tua,menyakiti tetangga dengan sengaja , menipu
saudara
Itulah urusan dan nasib
tubuh kita. Yang cantik, yang kaya, yang sehat sama. Akhirnya bercampur dengan
tanah dan jadi makanan binatang-binatang di dalamnya.
Apakah urusan selesai? Tidak. Yang mati hanya tubuh kita. Tapi ruh
kita, jiwa kita masih ada. Di situlah babak kehidupan yang sejati dimulai. Tak
ada sandiwara dan tak ada basa basi. Yang dipanggil bukan lagi jasmani ini.
Tapi jiwa yang berada di dalam tubuh ini. Yang baik mendapatkan kebaikannya dan
yang buruk mendapatkan keburukannya. Semoga kita semua ini nanti dipanggil oleh
Allah dengan panggilan:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.”
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd. Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah..
بارك الله لي ولكم فى
القرأن العظيم,
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ،
وَنَفَعْنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلُهُ القَوِيْمُ. أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
اللهُ أَكْبَرُ «سبعا»، اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ للهِ الْحَكِيْمِ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صّلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ، صَلاَةً وَسَلاَمًا كَامِلَيْنِ
مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أمّا بعد:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، (فاتقوا الله ما استطعتم – التغابون ١٦)
اتَّقُوا اللهَ رَبَّكُمْ، وَاعْبُدُوْهُ وَأَطِيْعُوْهُ
وَوَحِّدُوْهُ، فَلاَ إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنْ أَرَضْتُمْ دُخُوْلَ الْجِنَانِ،
وَرُمْتُمْ رِضَى الرَّحْمَنِ، وَطَلَبْتُمُ السَّلاَمَةَ مِنَ النِّيْرَانِ،
فَعَلَيْكُمْ بِتَوْحِيْدِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَسَلاَمَةِ الْعَقِيْدَةِ مِنَ
اْلأَدْرَانِ، وَتَحْقِيْقِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَاْلإِيْمَانِ.
أَلاَ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا –
رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى الْهَادِى الْبَشِيْرِ، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْرِ، كَماَ
أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ الْمَوْلَى اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ، فَقَالَ تَعَالَى
قَوْلاً كَرِيْمًا: (إن الله وملائكته يصلون على النبي، يا أيها الذين آمنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما – الأحزاب ٥٦)
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِ قُلُوْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِى بَكْرٍ
الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الْفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِى النُّوْرَيْنِ، وَعَلِيٍّ
أَبِى السِّبْطَيْنِ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ،
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ،
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا سَعِيْدًا، وَعَمَلَنَا صَالِحًا
رَشِيْدًا،اللَّهُمَّ كَمَا جَمَعْتَنَا فِى هَذَا الْمَكَانِ فَاجْمَعْ
قُلُوْبَنَا عَلَى كِتَابِكَ وَسُنَّةِ نَبِيِّكَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا،
وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَجَنِّبْنَا
الْفَوَاحِشَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ,
وصلى الله على نبينا محمد وعلى
اله وصحبه أجمعين,
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar