Khotbah Juma’t: “Ridha Siapa yang dicari?”
KHUTBAH PERTAMA:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.“يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ
الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ
بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً
عَظِيماً”.أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ
الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah…
Mari
kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu
mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu ’alaihi
wasallam.
Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan
Allah…
Apa
yang sebenarnya kita cari dalam kehidupan ini? Semua orang, termasuk kita pasti
akan menjawab sama, “Kebahagiaan!”. Semua
aktifitas yang dilakukan oleh manusia, sejak manusia pertama hingga akhir zaman
kelak, seluruhnya untuk meraih kebahagiaan.
Namun
demikian, hanya sedikit atau bahkan mungkin teramat langka manusia yang
benar-benar memahami makna dari kebahagiaan itu sendiri. Apalagi manusia yang
mengetahui cara untuk meraih kebahagiaan tersebut. Hal ini dapat kita lihat
dalam panggung kehidupan manusia di zaman ini. Di mana dunia dipenuhi dengan
berbagai macam persoalan besar, yang sebenarnya bersumber dari masalah kecil
yang tidak segera diatasi.
Banyak
orang hidupnya susah, hanya karena masalah sepele yang dia bikin sendiri.
Misalnya gara-gara terlalu memperhatikan pandangan dan penilaian orang lain
tentang dirinya. Ingin dipandang ideal oleh seluruh manusia dan teramat
khawatir dikomentari mereka. Ketika akan berbuat suatu kebaikan, yang
dipikirkan adalah “Nanti bagaimana pandangan orang, jika saya berbuat ini?”,
“Apa kata dunia?”, dan berbagai macam ketakutan lainnya.
Gara-gara
sikap seperti ini, setiap berbuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu, yang
selalu dia perhatikan adalah apa komentar orang setelah sikap tersebut. Bila
ada satu orang saja yang berkomentar negatif, hari-harinya bakal terus dipenuhi
dengan kegelisahan, kegundahgulanaan dan kegalauan.
Kaum muslimin dan muslimat yang kami
hormati…
Ketahuilah
bahwa yang akan kita rasakan hanyalah keletihan belaka. Bila setiap perbuatan
yang kita lakukan, hanya untuk mencari simpati masyarakat, mengikuti setiap
keinginannya, pemikirannya dan kesukaannya.
Memilih
keridhaan manusia adalah sebuah kesia-siaan alias mustahil. Sebab jalannya
bengkok dan tidak tentu ujungnya. Jalan sukar itu dipaksakan untuk ditempuh,
padahal ujungnya adalah jalan buntu.
Imam
Syafi’i rahimahullah pernah menyampaikan petuahnya,
“رضى
النَّاس غايةٌ لا تُدْرَكُ، وليس إِلى السَّلامة منهم سبيلٌ، فعليكَ بما ينفعُكَ
فالزَمْهُ”
“Mendapatkan keridhaan seluruh manusia adalah sebuah target yang
tidak mungkin bisa dicapai. Bebas dari omongan orang adalah sebuah
kemustahilan. Cukuplah bagimu menekuni hal-hal yang bermanfaat untukmu”.[1]
Mengapa
meraih keridhaan seluruh manusia adalah sebuah kemustahilan?
Sebab
setiap orang memiliki pikiran dan kesukaan yang berlainan. Apa yang disukai
oleh si A, belum tentu disukai oleh si B. Dan apa yang disukai si B, belum
tentu disukai oleh si C. Lantas kesukaan siapa yang akan kita cari?
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…
Sebenarnya,
manakah yang seharusnya menjadi prioritas untuk kita kejar? Ridha Allah kah
atau ridha manusia?
Orang
yang beriman akan menjawab, ”Tentu saja ridha Allah!”.
Karena
manusia diciptakan untuk menyembah-Nya, taat dan patuh mengikuti perintah-Nya.
Kebaikan dan keberuntungan hidup hanya bergantung kepada-Nya.
Seluruh
kehidupan mukmin adalah untuk mencari keridhaan Allah, bukan keridhaan manusia.
“قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ”
Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku adalah untuk Allah Rabb semesta alam”. QS. Al-An’am (6): 162.
Mukmin sejati akan
menjadikan ridha Allah sebagai target utama seluruh aktifitasnya. Walaupun
mungkin berakibat seluruh manusia marah dan benci kepadanya. Sekalipun berefek
dia dicaci, disakiti dan dianiaya.
Sebab dia yakin 100 %
bahwa di tangan Allah-lah tergenggam segala kekuasaan.
“قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ
تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ
مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ”
Artinya:
“Katakanlah: “Ya Allah Yang mempunyai kekuasaan. Engkau memberikan kekuasaan
kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kekuasaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. QS. Ali Imran (3): 26.
Untuk apa waktu kita
habiskan demi mengambil muka
manusia? Bukankah mereka pun hamba seperti kita adanya? Mereka pun lemah tidak
berdaya, tak kuasa menolong dirinya sendiri, apalagi menolong orang lain?
Mengapa kita tak kunjung sadar akan kekuasaan Sang Khalik, padahal di
tangan-Nya lah kehidupan dan kematian?
Sungguh amatlah naif bila
idealisme tergadaikan, yang haram diterjang, yang haq dihalang, teman
ditendang, semua hanya karena “apa kata orang”.
Sidang Jum’at yang kami hormati…
Untuk
sampai kepada maqom mulia tersebut dalam khutbah tadi, pastilah membutuhkan latihan dan
perjuangan. Serta doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk kita baca, supaya terbantu mencapai maqam
tersebut adalah,
“اللهم إني أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَحُبَّ
عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ”
“Ya Allah, aku memohon kecintaan-Mu, dan kecintaan terhadap
orang-orang yang mencintai-Mu, serta kecintaan terhadap setiap amalan yang
mendekatkan kepada kecintaan-Mu”. Potongan
dari HR. Tirmidzy dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu
dan dinilai hasan sahih oleh at-Tirmidzy.
أقول قولي هذا،
وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar